Sabtu, 04 Desember 2010

inilah sahabat

Mungkin namaku tak sebaik amal-amalku..
Sebuah nama indah yang telah diberikan yang terbaik oleh orang tuaku..
Tapi ternyata terlalu sulit untuk memaknai kandungannya.. Terlebih, perilakuku pun tak sesuai dengan nama dan keinginan orang tua..
Terlalu sering ku tak malu-malu memasuki lagi lubang kenistaan..
Penyakit lama yang sering ku emban..
Dosa itu indah memang.. Sedikit, setelahnya banyak susah selamanya..

Mungkin.. Hanya pikirku lah yang keliru menjalani hidup..
Lupa dengan perkara yang terjadi setelah kematian nanti..
tapi.. akankah ku bisa merubah..
Menjadi sesuatu yang lebih indah.. Di dalam keabadian..
Dalam Surga..

Sahabat, rasanya kini kau telah menyelamatkanku..
Kau memegang erat tanganku ketika ku sedang terjatuh di lubang kenistaan..
Tapi terkadang ku rasa, kau telah merusak segala hawa nafsuku..
serasa, semua itu menjengkelkan yang kau berikan padaku..

Tapi.. Ternyata itulah bukti tanda sebuah ketulusanmu mendampingi hidup menuju yang terbaik..
Mengajariku mengarungi hidup tuk mengenal kekekalan indahnya Syurga dan keburukan dunia Neraka yang abadi..
Kau ajariku arti sebuah kehinaan.. Yang ternyata kusadar, semua keriteria itu ada pada diriku..
Kau ingatkan kembali batinku akan perkara kehidupan..

Kau relanya memenuhi hari-hariku tuk selalu bersamamu..
Sebenarnya, apa yang kau kejar dariku yang tidak berdaya dan berguna ini..
Kau rela mengorbankan jiwa ragamu hanya untuk Agamamu yang suci..
Sebenarnya, apa yang kau ingini..

Terlebih ku merasa haru wajahmu yang penuh dengan lelah..
Tapi setiap ku tanya padanya tentang hal itu, ia lekas menjawab " ini hanya untuk hatimu dan hati ku yang di Cinta.."
Sedang terkadang.. Kita tidak menyadari.. Sebenarnya, siapa yang lebih dicinta..
Disaat-saat malam sunyi, kau terbangun dan berdiri diatas karpet kamarku yang tua..
tu tanyakan lagi, padanya buat apa ia melakukan hal seperti itu? ia pun lekas menjawab "ini hanya untuk yang terlebih kau dan aku Cinta.."

Kau hadirkan sebuah kata-kata yang indah..
Menerawangiku ke masa depan yang bisa di ubah..
Dari kesuraman menuju kebenaran hakekat..
Tapi.. Terkadang ku sulit merubah..

Sesekali ku merasakan kehilangan akan dirimu..
Ketika ku sendiri, rasanya terlalu mudah ku masuk jurang nista lagi..
Duh, makin hina saja aku..

Sahabat, serulah padaku tentang arti kebenaran..
Jangan kau tinggalkan aku di dalam kesendirian..
Karena ku takut, tak ada lagi yang menolongku ketika ku melangkah sendiri..
Tapi ku kembali bertanya.. sebenarnya, apa yang kau cari..
Tanya ku padanya yang sampai saat ini belum terjawab..

Luluslah kita dari sekolah..
Sebulan berlalu, ternyata Kau pergi jauh meninggalkanku di Perantauan.. Dari kehidupan anak kost-kostsan..
Kini kau hadirkan padaku ribuan banyak pesan di FBku, mau pun di HP ku..
Kau bilang padaku, kau pergi hanya untuk sesaat, dengan harap, kita dapat bertemu lagi di pengekalan..
Sebenarnya, dia mau bertemu dengan ku dimana.. Semakin ku tak mengerti..

Seminggu setelah itu.. Aku pun mulai ragu akan keberadaannya..
Dimana dia..
Koq tak ada pesan lagi yang menyambutku..
Tak ada catatan kata-kata terindah lagi menghidupi hari-hariku darinya..
Dua minggu berlalu, ku semakin tak karu akan hadirnya..
Duh, kian mengusik diriku.. Kemana Ia pergi..
Sebulan setelah bulan lalu pun tiba. Ternyata tak lagi datang kabar sekali pun darinya..


Tepat pada hari Sabtu, ku paksakan diri, akhirnya ku sempatkan waktuku menuju kediaman orang tuanya..
Pikirku, mungkin Ia sedang di rumah..
jalanlah ku menuju Rumahnya..
Yang selama ini belum pernah ku kunjungi semasa kita bersama..

Yang kulihat, ada bendera kuning di gang-gang menuju rumahnya..
Pikirku, siapa kali ini yang meninggal..
Mungkin hanya tetangganya..
Karena merasa terheran-heran dengan segerumungan orang yang sedang berkumpul membicarakan orang yang meninggal, aku pun kian terheran-heran juga..
Karena tak kuasa melihat kejadian yang baru saja ku lihat, akhirnya terpaksa ku tanyakan hal ini pada seorang kakek warga setempat " pak, memang siapa yang meninggal..".
Lalu kakek setengah baya itu pun menjawab dengan isaknya serasa sedih kehilangan orang itu..
" yang meninggal itu Matius.. anak Takmir Masjid di daerah ini.. Semua warga dan Jamaah di sini sedih kehilangannya"
Kakek itu pun bercerita sedikit tentang keberadaanya, yang menyatakan bahwa ternyata Matius itu adalah seorang " Muallaf" yang baru saja meninggal.. Yang dikagumi keberadaannya oleh Warga dan Jamaah setempat..
kakek itu pun bilang serasa sedih ditinggalkan olehnya.. Karena kebaikan dan kesantunannya.. Menjadi inspirasi untuk orang sekitar..

Wah, pikirku rasanya orang ini Sholeh sekali..
Tapi.. Untungnya saja bukan sahabatku yang meninggal kali ini..
Karena kan nama sahabatku yang satu ini bernama " Salman" seorang tiong Hoa yang berpakaian penuh lusuh di Sekolahku..
Tapi prestasinya tak main-main..
Beasiswa diperolehnya dengan banyak..
Is the best poko'e..

Dengan secarik lembar berisi alamat Rumahnya yang ku tak mengerti dimana letak asli Rumahnya setelah berada di Daerah itu..
Lalu aku pun kembali bertanya..
Kali ini kepada seorang anak SMP tampan, penuh dengan Karisma dari aksesoris dan pakaiannya yang sedang berjalan penuh haru di depanku.. Pikirku, rasanya dia orang kaya..
" dek, rumah di Alamat Gg Sawo RT 07/03 No. 11 di mana ya dek.."
lalu dengan sesak pun ia menjawab
"owh, rumah Bang amma, aku baru saja dari situ.. kalo kakak mau kesana..
bareng sama aku.. biar ku antar.."

Rasanya, anak SMP ini sedang merasakan kesedihan yang sangat..
Serasa kehilangan sesuatu yang terpenting dalam hidupnya..

Sambil di pengatarannya yang katanya alamat itu masih sekitar 200 meter lagi, aku pun kembali bertanya padanya..
" dek, namamu siapa.. koq lesuh banget.. memang lagi ada apa.. lagi sakit ya.."
Lalu ia pun menjawab bahwa namanya Obi'e sambil bercerita tentang sebenarnya apa yang dia alami saat ini..
Ia bilang, kalau saat ini ia sedang kehilangan seseorang yang memotivasi dirinya disaat ia enggan mau melanjutkan sekolah ketika ia di DO dari sekolahnya akibat kenakalannya yang sering berkelahi dan tawuran dengan banyak orang.. Sampai-sampai pernah seseorang di kelasnya ia pukuli kepalanya dengan botol minuman beling dikantin karena ketika dia makan Bakso, seseorang itu mengejeknya karena ke sekolah tidak tahu diri dan tidak pernah merngerjakan tugas.. Wajarlah, saat itu pula ia di DO..
Semua itu dia lakukan karena Orang Tuanya yang terlalu sibuk dengan pekerjaan tidak lagi memberi perhatian pada dirinya..
Ketika ia kabur dari rumah dan menyepi di kesendirian trotoar jalan..
Tiba-tiba ada yang mendekat padanya dengan mengenakan pakaian sekolah SMU yang lesuh, sambil membawa karung berisikan botol-botol bekas.. Awalnya ia jijik dengan orang yang mendekatinya itu.. Tapi anehnya, bau badannya itu wangi dan berpakaian rapi meski lusuh seakan pakaian bekas yang sudah berabad-abad..

Tiba-tiba orang itu mengucapkan salam dan bertanya pada Obie' sambil mendekat padanya..
"Assalamualaikum.." sambil mengeluarkan harmoni senyumnya.. " Koq kamu sendiri disini, sedang lagi apa, kamu gak pulang ke rumah?" tanyanya..
Ternyata, ketika ia bertanya, Obi'e sangat merasakan ketenangan ketika ditanya seperti itu.. Namun walaupun dengan suara sesak akibat kebencian dan keberingasan hati pada orang tuanya, akhirnya dengan malu-malu dan meragu Obi'e pun menjawab..
Beberapa pertanyaan di lontarkan olehnya kepada Obi'e hingga kian Obi'e pun terbuka dengan kondisi yang dialaminya saat ini.. Memutuskan untuk enggan sekolah dan tak mau lagi ke rumah..
Tapi justru orang itu malah terus dan terus mendengar keluhannya dengan seksama, hingga ia memberikan sebuah gambaran tentang kisah hidup yang di alaminya saat ini..



Sore pun kan menutupi.. Orang itu pun mengajak Obi'e untuk bersinggah terlebih dahulu di rumah orang itu.. Dengan terpaksa Obi'e pun munurutinya.. Di perjalanan ketika adzan Maghrib dan Isya pun orang itu bersinggah di Masjid, sedang Obi'e menunggunya di luar..
Ternyata rumahnya cukup jauh.. Harus merasakan perjalanan kaki sekitar 5 kilo dari trotoar tadi.. Ketika di perjalanan, cerita Obi'e padanya pun berlanjut, dambil mencari warung untuk membeli roti yang diberikan orang itu pada Obi'e sedang ia tak mencicipinya sama sekali.. Hal itu yang membuat Obi'e semakin merasakan kenyamanan padanya..

Ketika sesampai di rumah orang itu, ia langsung kaget dan tersentak, ternyata rumahnya 1000 kali lipat lebih jelek ketimbang rumah Obi'e..
Kamarnya hanya sepetak beralaskan tikar, sedang buku menjulung tinggi ke langit-langit rumahnya karena banyak sekali buku-buku bacaan.. baik pelajaran maupun tentang agama.. sedang rumah Obi'e sangat nyaman sekali.. Hingga satpam pun 24 jam menjaga rumahnya..

Hari-hari berlalu.. Obi'e pun selalu dibimbing olehnya..
Hingga hatinya kian terbuka, membuka cakrawala baru.. Dengan motivasi-motivasi darinya..
Dan Agama pun kian menjadi cahaya hari-harinya.. Yang mungkin dulu tidak pernah Sholat, tapi kini sudah memulainya meski masih males-malesan pada saat itu..
Hingga ia pun ingin melanjutkan sekolahnya lagi yang sudah sebulan terputus dari kesehariaanya..
Tapi kepada orang tua ia masih sangat enggan..
Lalu tanpa disadari oleh Obi'e, ternyata diam-diam orang itu sudah mengabarkan keberadaan Obi'e pada orang tuanya..
Yang ternyata dari pemberitahuan tentang keberadaannya Obi'e, orang tua pun merenungi segala kesalahan dan membuka hatinya untuk menjadi orang tua yang terbaik untuk Obi'e sebagai tebusan kesalahan orang tua pada Obi'e..
Lalu orang itu terus dan terus memotivasi Obe' untuk tidak lagi membenci orang tuanya..
Hingga pada akhirnya orang tuanya menjemput Obi'e dalam keadaan bersedih, sembari menangis sejadi-jadinya akibat penyesalan atas tingkah dan perhatiannya selama ini pada Obi'e..
Hingga hal itu pun membuka hati Obi'e untuk memaafkan orang tuanya..
Lalu Obi'e pun kembali kepangkuan Orang tuanya dan ingin melanjutkan lagi sekolah di sekolah yang berbeda..

Beberapa hari kemudian orang tua Obi' beserta Obi'e kembali ke rumah orang itu..
Mengucapkan terima kasihnya dan menanyakan, " koq sekarang Obi'e Sholatnya rajin ya.. kita berdua jadi malu.." Kata orang tuanya..
Sambil membawakan hadiah untuk orang itu..
Awalnya, orang tua Obi'e ingin sekali membelikan orang itu Motor..
Namun ia menolak karena dengan keadaan saat ini ia tidak terlalu membutuhkan..
Tapi orang tua Obi' kian memaksanya..
Akhirnya ia putuskan uang itu tidak dibelikan Motor untuknya, melainkan diberikan sumbangan kepada Anak yatim Berupa buku-buku pengetahuan di panti asuhan..
Akhirnya, orang tua Obi'e pun mengiyakan anjurannya..
Dengan membuat Perpustakaan yang cukup besar di salah satu Panti Asuhan yang ada di daerah Cilandak Jakarta Selatan..

Hingga pada akhirnya keluarga Obi'e pun menjadi rukun dan harmoni kembali..
Obi'e pun kian merubah sikapnya dan menjadi prestasi di sekolahnya..
Tanpa melupakan sosok orang itu..
Terus belajar mengaji olehnya tanpa memandang status pada siapa ia belajar..

Wajarlah kalo saat ini Obi'e pun sedih kehilangannya..

Walaah.. Pikirku pun semakin tak karu mendengar cerita itu.. Seakan detak jantungku kian melemas.. "Jangan-jangan" pikirku..
Tak kuasa ku mendengar ceritanya akan sosok orang itu..
Seakan energi ku pun tak kuasa..
Sedih merinding dan ingin sekali mengambil hikmah dari cerita si Obi'e itu..

Akhirnya, tibalah ke rumah orang tua Salman, sahabat karibku..
Ternyata, rumah itu..
Seakan tak layak lagi di huni..

Ketika sesampai di rumah..
ratusan orang pun memampiri rumahnya dengan ratapan kesedihan..
Wajahku pun semakin tak karu..
Ternyata, Obi'e pun kembali meneteskan air mata..

Dari orang yang berjenggot, berpeci, bahkan sampai bertato dan sangar pun ada di sana sambil menangis..
Aku pun kian tak kuasa melihat fenomena itu..
Gerimis pun menghampiri seakan bahwa alam pun sedih kehilangan dirinya..
Tapi inilah takdir..
Suasana kian mengharu ketika awan yang sangat mendung, gerimis kian menjadi rintihan hujan..

Aku pun tak kuasa ikut menangis..
Dengan sesak, ku bertanya pada Obi'e.. "bi, ini siapa yang meninggal.."
Dengan sesak ia menjawab.. " bang amma.. bang salman.. salman. matius.."
Airmataku pun kian luruh dan menangis sejadi-jadinya..
Ketika itu juga aku langsung menembus kerumuhan orang dan melihat sajadnya..
Jasadnya yang wangi dan senyum pun merona di bibirnya..
Seakan petanda bahwa salman meninggal dalam keadaan Husnul khotimah..
Aku pun turut menyolatinya.. Berbondong-bondong orang pun turut menyolatinya sambil menangis sejadi-jadinya..
Karena saking banyaknya Jamaah yang menyolatinya di Mushollah samping rumah salman, akhirnya sampai Sholat itu terpaksa berklotter hingga berkali-kali dan banyak..

Tak lama kemudian, ternyata banyak teman-teman sekolahku yang berbondong-bondong ke rumahnya merasakan kesedihan yang haru juga..
Dari anak-anak ROHIS, hingga orang-orang tongkrongan pun datang..
Begitu juga dengan teman-teman dari sekolah lainnya..

Semakin banyak saja..

Ku ratapi sambil sedikit bertanya kepada orang tuanya akan keberadaan Salman, ternyata dia adalah seorang Muallaf.. yang dahulu bernama Matius.. Sorang teman yang sering datang dan menemaniku di Khost-khostsan dikala sendirian..
Ketika usaha orang tuanya Bangkrut dan bapaknya sering sakit-sakitan, akhirnya terpaksa salman harus menghidupi adik-adiknya untuk sekolah.. Begitu juga dengan dirinya..
Ketika ke sekolah yang jaraknya sekitar 10 kilo meter, Terpaksa membuat dia ke sekolah harus mengompreng Truk ataupun mobil bak..
Yang kadang lama sekali untuk menunggunya..
Pulang sekolah, ia mengambil pakaian-pakaian kotor milik tetangga yang menggunakan jasa cuci dari dirinya..
Sering ia juga harus menghadiri rapat-rapat Rohis yang cukup jauh dari rumahnya, namun ia tidak pernah mengeluh akan kelelahannya..
Orang tuanya sering melihat salman menangis di keheningan malam saat Sholat..
Dan hal itu yang membuka hati ibunya untuk masuk Islam..
Ia sering merenungi Bacaan AlQuran dengan lantunan suaranya yang indah..
Dengan penuh teladan..
Hingga membuat adiknya pun yang berjumlah 4 orang masuk Islam semua..
Dan di ajarkan mengaji oleh Salman dan teman-temannya..
Sedang Bapaknya yang masih dalam keadaan sakit, baru saja hari ini memasuki Islam ketika melihat kematian Salman menaburkan senyuman..

Ternyata tak ku duga.. Salman meninggal di Papua pedalaman tempat yang baru saja sedang merubah peradaban memasuki Islam di sana..
Namun Listrik dan air belum memasuki perkampungan itu.. Sehingga menjadikan Salman tertarik untuk tinggal di sana bersama rekan-rekan sambil belajar dan mengajar tentang Agama dari sedikit ilmu yang ia miliki..

Tepat hari Jumat ketika ia menjadi Imam di Jumat di Masjid, ketika sujud terakhir, ternyata jasad salman telah berpulang ke Rahmatullah..
Hingga membuat jamaah pun menangis sambil bangga akan dirinya.. Dan seketika itu pula, seusai sholat Jum'at, Jamaah melaksanakan Sholat mayyit untuknya..
Tak kuasa menahan tangis..
Yang begitu menyedihkan ketika orang yang dicinta berpulang ke Rahmatullah..

Tepat malam hari penerbangan Jakarta, salman pun di pulangkan..

Ia menuliskan sebuah surat untuk teman-temanya yang id titipkan kepada ibunya..
Begitu juga ia menitipkan surat untuk ibu bapaknya yang ia titipkan kepada adiknya..
yang di baca setelah ia tiada..

Semoga cerita ini bermanfaat buat kita semua..

Salman selalu bergurau dengan serius.. Hai dunia, jauhlah dariku.. jauhlah dariku..
kamu sudah tua.. Aku sudah tidak lagi membutuhkanmu.. Kamu hanya singgahan ku...
Yang sementara.. Hidupku di dunia, hanyalah setetes.. Sedang akhirat, selautan..
Jauhlah dariku.. Jangan kau tipu aku dengan kecantikanmu yang rapuh..
Sungguh.. Dan sungguh..


semoga menjadi hikmah..

Segenggam Ukhuwah KAPMI dijalanNya.

Setelah membaca beberapa kisah dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah,aku tersadar bahwa ternyata selama ini teman-temanku yang berhimpun di jalan Dakwah adalah orang-orang yang berkorban untuk Agamanya, demi Ukhuwah. Meski waktu, jiwa dan raga telah habis di makan perjalanan untuk kepentingan untuk saudara, bangsa, Negara, dan Agama.
Ketika ku baca salah satu cerita yang mengisahkan tentang seorang bapak dan anak yang selalu berprasangka baik atas segala keputusan Allah untuknya, kisah seorang Menteri yang menyatakan Takdir Allah itu baik kepada Sang raja yang sedang terputus salah satu jarinya hingga membuat raja marah dan terpaksa membuatnya masuk kedalam penjara, seorang yang teguh pendirian, seorang yang berkorban untuk keluarganya, telah menginspirasiku untuk menceritakan sebuah pengalaman yang pernah di alami oleh teman-teman yang berjuang di Jalan Allah.

Berawal dari KAPMI, Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia itulah namanya. Mungkin nama KAPMI saat ini  belum terlalu terdengar dan masih terlalu asing di telinga banyak orang. Wajarlah.. Karena memang dari namanya saja sudah aneh dengan logo yang jadul ( kata orang.. hehehehe) belum terlalu eksis di Media saat ini. Tapi begitulah, sebuah nama yang telah menginspirasi hidupku ketika di masa-masa gentingnya keharmonisan antara dunia kelam yang selalu mengelilingi ruang hidupku dan dunia putih yang bersih, menyinari sekaligus menerangi hari-hariku untuk selalu mengingat Illahi. Di KAPMI sendiri, dipenuhi oleh orang-orang berwajah usang yang selalu berkorban untuk Agama dan martabat saudara-saudaranya. Merekalah yang telah menarik dan menyelamatkanku, merangkul tanganku dengan penuh kekuatan,dan keikhlasan dari terpelesetnya lubang di dunia yang kelam. Telah mengajariku arti pengorbanan, arti Ukhuwah. Terima kasih ya Robb, Engkau telah mempertemukanku dengan mereka.

Sungguh, aku pun tidak ingin meninggalkan kenangan itu. Kenangan yang telah Allah berikan terhadap kehidupanku di kesetiap harian dunia putih abu-abu dengan orang-orang yang berani berjuang di JalanNya tanpa membalas imbalan, berani mengeluarkan lembaran uang lusuh, uang terakhir yang dia miliki hanya untuk perjalanan mencari HidayahNya. Tak sedikit waktu yang mereka korbankan hingga berlarut-larut malam hanya untuk menyelamatkan saudara-saudaranya di medan pendidikan dari kebobrokan moral yang kini telah melanda dunianya. Mereka mencoba menjadi tameng dari segala kebobrokan moral itu agar tidak mencemari saudara-saudaranya yang lainnya. Turun ke jalan pun sering mereka lakukan hanya untuk menyelamatkan bangsa, agama, dan saudara-saudaranya. Demi Dakwah di jalan Allah, ia rela mengenyampingkan keadaan dirinya sendiri meski mungkin saat itu dirinya sedang lelah dan butuh pertolongan. Mungkin, mereka yakin bahwa ujian Allah untuknya adalah yang terbaik. Dan sebaik-baiknya tempat meminta pertolongan hanyalah kepada Allah.

Mungkin semua orang awam pun akan menghinakan mereka karena kecongkakannya dalam menatap hidup menurut pandangan keawamannya. Begitu pun menurutku. Tapi ternyata menurut mereka, tidak seperti itu. Di kesehariannya yang penuh dengan raut wajah kelelahan, mereka masih saja tetap senang, tetap berkecukupan, dan tetap istimewa karena keindahan pesona senyumnya. 

ya.. itulah.. sebuah memori indah.. yang mungkin tidak semua orang bisa merasakannya.. kenangan indah.. tapi yang lebih indah adalah Takdir Allah dengan segala gemercik lika-liku hidup yang Ia berikan kepada kita..

Dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah, telah membawaku untuk mengingat sebuah kisah usang dari saudara-sadaraku di KAPMI, yang mungkin bisa menjadi renungan dan inspirasi buat kita semua.

inilah kisahnya.. Di awal tahun 2000an ketika KAPMI baru saja memasuki masa kejayaannya, ada seseorang yang mungkin tidak semua orang bisa melakukan sesuatu sepertinya. Perngorbanan di jalan Dakwah ini sungguh luar biasa. Awalnya ku rasa cerita ini hanyalah fiktif belaka, tapi ternyata kisah nyata yang tak terduga perjuangannya.
Inilah tokohnya, sebut saja Obet, seorang siswa sekaligus ketua KAPMI di daerah Jakarta Utara periode 2000-an, ia adalah seorang yang selalu berpakaian lusuh, tapi semangatnya tidak pernah runtuh.

Setiap hari, setiap kali ke sekolah yang cukup jauh dari rumahnya, ketika teman-temannya telah berbondong-bondong menaiki sepeda motor ataupun transportasi lain, ia hanyalah orang yang selalu menaiki sepeda bututnya yang sangat tua dan sudah lapuk dimakan usia. Di Parkiran sekolah, sepedanyalah yang menjadi sorotan semua orang ketika menuju parkiran sekolah karena pakriran sepeda itu di kelilingi oleh parkiran motor-motor yang elok, bersih, indah dipandang, dan terlihat sekali mahalnya motor-motor itu. Sedang sepedanya hanyalah sepeda yang sudah teramat butut dan lapuk yang hanya menjadi sampah pengelihatan karena kejelekansepedanya itu. Walaupun begitu, ia tiada pernah menyalahkan Takdir Allah untuknya dan tidak pernah merasa tersindir dengan kepunyaan rekan-rekannya, "Toh, semua itu hanyalah milik Allah" pikirnya mungkin seperti itu.

Sepeda itupun sering mengalami kerusakan yang cukup kronis ketika diperjalanan, mulai dari kebocoran ban yang sudah banyak tambalannya maupun kerusakan rantai sepeda yang sudah karat dan tak bisa bergerak, rem yang sudah tak bisa dipakai lagi sejak lama maupun kerusakan yang lainnya mungkin telah menjadi kebiasaan bagi hidupnya ketika bepergian kemana-mana dan sudah tidak lagi menjadi sebuah hambatan baginya untuk tidak pergi ke sekolah maupun menghadiri berbagai pertemuan, kegiatan Dakwah, maupun Syuro' dengan teman-teman KAPMI baik di tingkat Daerah maupun Wilayah. 

Ketika sepeda sedang rusak parah, tidak bisa dipakai, ataupun terpaksa harus di rawat di bengkel terdekat pun tak pernah meruntuhkan semangat dan menjadikan alasan baginya untuk tidak menghadiri berbagai macam kegiatan. Dengan tekad yang tinggi, jalan kaki dipertaruhkan untuk perjalanan yang sangat jauh sekali pun tak masalah baginya, asalkan ia bisa menghadiri berbagai macam kegiatan tersebut.

Jarang sekali dirinya ketika pulang sekolah langsung menuju ke rumah. Sebab dirinya selalu dipenuhi dengan berbagai kegiatan Dakwah. Walaupun begitu, pengembangan Ruhiyyah, ibadah, pekerjaan rumah, dll tidak pernah ditinggalkan meski diselingi berbagai kesibukan.

Mungkin menurutku, ruhhnya dibangun dengan keistiqomahan, dibina dengan dengan alam.

Dengan bersepeda, ia tidak pernah mengeluh dengan semua itu, dan mencoba untuk selalu datang tepat waktu di berbagai macam kegiatan meski dirinya saat itu dalam kelelahan. Padahal, jarak yang ia tempuh dengan sepeda bututnya cukup jauh, berkilo-kilo dan berjam-jam waktu dan tenaga yang harus ia korbankan. Tak ubahnya ketika sesampainya pada suatu tempat, raut wajahnya dipenuhi dengan debu jalanan, pakaiannya lusuh dengan keringat, tapi senyumnya seakan menerawang pikiran kita untuk selalu ingat dengan Syurga, yang sebegitu indahnya.. menjadi motivasi kita untuk mendapatkan keindahan itu.. dengan pengorbanan, doa, dan keyakinan tentunya.

mungkin dalam pikirannya, ia adalah makhluk yang penuh dengan dosa, tapi ingin menggapai syurga meski pun harus mengorbankan seluruh jiwa raganya..

Suatu hari, ada ta'limat untuk Obet agar ia dapat menghadiri Syuro' di Sekrtariat KAPMI DKI Jakarta yang ketika itu tempatnya berada di Daerah Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Karena ketrbatasan uang saku, sepeda pun selalu menjadi penopang dirinya agar bisa hadir dalam Syuro' tersebut.  

Sebenarnya ia sudah sering mengayuni sepeda bututnya dari Jakarta Utara menuju Sekretariat KAPMI  DKI yang berada di Jakarta Selatan, namun kali ini ternyata ada keganjalan ketika ia berada didalam perjalanan. Allah mengujinya dengan kebocoran salah satu ban sepeda miliknya ketika sudah melakukan setengah perjalanan jauh, tepatnya di daerah Jakarta Pusat.

tapi dengan Azzam yang kuat, ia tidak menyerah untuk menghadiri Syuro' tersebut.. meskipun pada saat itu ternyata ia pun kehabisan uang saku, tidak punya uang sama sekali untuk menambal ban sepedanya yang bocor. Akhirnya, sepeda itupun ia tenteng dengan sepenuh tenaga menuju ke arah Mampang Prapatan yang jaraknya masih terlalu jauh. 

Ketika di perjalanan menenteng sepeda yang cukup jauh, akhirnya ia putuskan untuk menitipkan sepedanya di salah satu warung penjual Bakso yang menetap di pinggir jalan dalam keadaan yang cukup lelah. " assalaamu'alaikum.." di ucapkannya pada penjual Bakso tersebut. Ketika tukang Bakso menatap wajahnya, ia pun terheran-heran dengan wajah asing orang ini. Meski pun begitu, tukang Bakso itu pun menjawab salamnya "..wa'alaikum salaam..". Obet pun menyambut jawaban itu dengan senyuman yang menandakan keikhlasan kepada sang penjual Bakso meski keringat di wajahnya sudah berlumuran mengucur ke seluruh tubuh karena perjalanan siang terik mentari Jakarta yang hingga sore hari pun tak kunjung turun dari permukaannya. Interaksi diantara keduanya pun berlangsung.

Obet: ".. permisi.. pak, boleh saya minta bantuan bapak untuk menitipkan sepeda ini ke bapak.." dengan keharmonisan bicaranya.
tukang bakso. "..hem....boleh-boleh saja dek,.. memang sepeda kamu kenapa? tapi bapak cuma buka warung ini hanya sampai jam lima sore lho dek.."
lalu Obet pun menjawab dengan senyumnya yang indah.
Obet: "oh.. ini pak, sepeda saya tadi bocor di jalan.. tapi saya masih harus ke Mampang Prapatan karena teman-teman menunggu saya di sana.. mudah-mudahan saya bisa ya pak sampai jam lima di sini.. tapi kalau tidak, mungkin bapak bisa menaruh sepedanya di samping gerobak bapak sambil diikat dengan rantai dan gembok ini.. nanti biar saya yang mengambil.. hehehe.. " dipenuhi dengan gurau keakrabannya.
lalu tukang bakso itu pun menjawab sambil bertanya.
tukang bakso:" yo wess.. bisa dek.. tapi kamu ada ongkos gak buat ke Mampang.."
Obet:".. ooh, kalo urusan ini sih saya siap pak untuk jalan kaki sampai Mampang.."  
tukang bakso:"memang kamu dari mana asalnya..?."
Obet: "dari Jakarta Utara.. pak..". tukang Bakso pun cukup tercengang dengan ungkapan itu.
tukang bakso:"hah.. jauh sekali dek.. yaudah, ini saya kasih uang ke adek Rp. 4000 cukupkan buat pulang pergi dari Mampang ke sini.." sambil mengocek-ngocek tempat uang di gerobak Bakso, mengambil Rp.1000an 4 lalu di tadahkan kepadanya.
Obet: "waah.. pak, jangan repot-repot.. saya masih bisa kok jalan kaki.." dengan keragu-raguannya atas perkataan tukang Bakso itu.
tukang bakso:"udah.. ambil aja.. anggap aja Allah nitipin uang buat kamu dari saya.."
dengan sedikit terpaksa, akhirnya uang pemberian tuang Bakso itu diambilnya.
Obet:" ini saya ambil pak.. maaf ya.. kalo sudah merepotkan bapak.. insyaAllah sepulangnya saya ketempat ini akan menggantikan uang bapak.. terima kasih ya pak.. mungkin saya pamit dulu.. takut terlambat untuk datang ke tempat itu.. Assalaamu'alaikum.." di sampaikan salam terakhir itu dengan senyum indahnya.
tukang bakso: "wa'alaikum salaam.." dengan jawaban yang harmonis dari tukang Bakso itu.

Akhirnya ia pun bergegas menunggu bus KOPAJA P20 jurusan SENEN-LEBAK BULUS yang melewati daerah Mampang Prapatan. Tidak lama kemudian bus itu pun datang. Akhirnya ia menaiki bus itu meski pun sudah terlalu pengap dan sumpek karena banyaknya penumpang di dalamnya.

Sesampainya di Sekretariat KAPMI ternyata ia terlambat 30 menit dengan penuh penyesalan, teman-teman yang hadir dalam Syuro' itu pun menanyakan tentang alasan keterlambatannya. Setelah keterlambatannya di klarifikasikan, akhirnya teman-teman di dalam Syuro' itu pun memahami keadaannya. Suasana sore pun menghiasi suasana Syuro' itu. Matahari pun kian menurunkan pandangnya dari Kota kepenatan Jakarta, agenda-agenda Dakwah pelajar pun kian tercetuskan dari Syuro' yang di penuhi kaum intelektual muda itu. Kumandang Adzan Maghrib pun memanggil. Syuro'pun langsung ditutup. Seluruh peserta Syuro' pun bergegas menuju ke Masjid yang tak jauh dari Sekretariat KAPMI.

Obet pun menginggalkan tasnya dan Al-Qur'annya di Sekretariat, dengan semangatnya ia langsung menuju Masjid hingga lupa membantu teman-temannya yang masih beres-beres tempat Syuro' tadi. Sholat pun berlangsung.

Seusai Sholat, dzikir, dan Sholat Ba'diyah, Obet pun langsung bergegas dengan teman-temannya menuju Sekretariat untuk segera mengosongkan tempat itu agar sesampainya di rumah mereka masing-masing tidak terlalu malam.

Sesampainya di Sekretariat, Obet langsung mengambil tasnya sambil menaruh Al-Qur'an miliknya untuk di taruhkan ke dalam tas miliknya. Ketika membuka tas, ia terbingung-bingung, ternyata di dalam tasnya ada kresek hitam berbungkus yang bukan miliknya, ketika di lihat, ternyata kresek itu berisikan nasi bungkus dan sejumlah uang. Obet pun langsung menanyakan hal itu kepada teman-temannya yang masih di Sekretariat " Akh, ini bungkusan siapa..?". Ketika teman-temannya di tanyakan seperti itu justru mereka semua memberikan senyuman indah kepada Obet. Salah satu diantara mereka ada yang berkata, " Akhina Obet, itu rezeki Antum kali. hehehe.". Obet pun makin bingung, sedang teman-temannya justru memberikan senyuman kepada Obet dan membiarkan Obet tetap dalam keadaan bingung. Lalu Obet pun berkata "yo wess.. bingkisan ini ana taro di meja yo..". Ketika Obet menyatakan hal seperti itu, justru teman-temannya menyangkal. "udah bawa aja.. mungkin rezeki antum kali akh.. serius..". dengan keterpaksaan, akhirnya Obet pun membawanya.
" yaudah.. ini ana bawa ya akh.. nanti kalo ada orang yang nyariin kresek ini tolong bilang ke ana.. ana ga'k bakal mengambil kresek ini yang bukan hak ana insyaAllah.. ana pamit duluan ya.. afwan.. takut telah ni.. hehehe..  Assalaamu'alaikum.." Obet pun bergegas meninggalkan tempat itu sambil menggendong tas dan menenteng kresek itu sedang teman-temannya pun menjawab salam dari Obet dengan penuh senyum ketulusan.

Dalam perjalanan yang belum jauhpun, ia masih bingung dan terasup pikiran yang tidak biasanya akan kepemikian bungkusan misterius ini yang ada di tasnya. Mungkin, ia mencoba untuk berprasangka baik pada ujian Allah kali ini. Baru beberapa menit perjalanan, tiba-tiba Ikki, Mas'ul KAPMI DKI Jakarta, langsung berlari-lari kecil berusaha mengejar langkah Obet. " Akh, udah makan aja kressek itu sama Antum" sahut Ikki pada Obet dengan teriakan yang cukup keras. Obet pun tersentak bingung dan serasa tak biasa dengan perlakuan itu. "lho, ini kan bukan hak ana..". dengan senyumnya, Ikki pun menjawab sambil berlari menuju Obet dan langsung memegang pundaknya " udah.. makan aja.. di kresek itu ada nasi dan uang buat antum dalam perjalanan.. itu semua amanah dari teman-teman KAPMI untuk antum.. di makan okee.. hehehehe..". "waah, antum baru bilang sekarang sih.. kalo antum bilang dari tadi udah ana makan duluan ni.. hehehe.." jawab Obet dengan nada canda tawanya. Ikki pun menyahut kembali "yo afwan Akh.. skenariokan di buat sama Kholid.. kalo antum mau salahin, salahin kholid aja yo.. jangan salahin ana okke..  hehehehe..". "hahahaha.. antum ada-ada aja.. Jazakallah ni sudah di beliin.. yaudah.. ana pamit ulu ya.. supaya sepat sampai rumah.. Assalaamu'alaikum.." sahut Obet dengan senyum indahnya. "..wa'alaikum salaam.." jawab Ikki sambil menggelorakan senyum dan melambaikan tangan pada Obet sebagai tanda selamat jalannya.
**

Tanpa sepengetahuan Obet, ternyata seusai Syuro' teman-teman KAPMI mengumpulkan uang untuk Obet, lalu dibelikanlah Obet sebungkus nasi padang sekaligus di selipkan uang di dalam kresek lalu tanpa sepengetahuannya, di taruhkan kresek itu di dalam tasnya.
**

Sekitar jam setengah delapan malam, Obet pun sampai di daerah  tempat tukang Bakso itu. Meski pun penuh dengan lelah, ia pun bergegas mencari Masjid  untuk melaksanakan sholat terlebih dahulu sebelum menuju lokasi yang di tuju walau pun dalam keadaan masbuk. Seusai Sholat, barulah ia memakan nasi bungkus yang di berikan oleh teman-teman KAPMI, nasi bungkus pun disantapnya dengan lahap mengingat memang ia belum makan dari siang tadi disertai diri yang penuh lelah dan harus sesegera mungkin menambah stamina lagi.

 Seusai itu semua, Obet pun melakukan perjalanan lagi menuju warung itu. Sekitar 20 meter dari warung Bakso itu, ternyata ada suatu hal yang mengganjal bagi Obet yang menjadi berbagai pertanyaan dalam pikirnya ketika itu. Keganjalan itu terjadi ketika Obet melihat warung Bakso itu belum tutup, padahal tukang Bakso itu bilang kalau warungnya itu tutup jam lima sore, tapi mengapa sampai malam ini warung itu belum tutup juga.

Langkahnya pun kian mendekati warung itu, ternyata keganjalannya terhadap warung itu pun makin bertambah, di lihatnya gerobak warung itu, tidak ada satu pun sepeda yang di senderkan ke gerobak itu, padahal Obet berpesan kepada tukang bakso itu untuk menaruhnya di gerobak ketika Obet tak bisa sampai ketempat itu jam lima sore.

Berbagai pikiran pun kian merasuki dirinya, seakan penuh dengan pertanyaan bagaimana?bagaimana? dan bagaimana? 
Meskipun begitu, ai berusaha untuk tetap berkhusnuzon akan keganjalan ini. sesampainya di sana, ia bergegas menyalami dan menanyakan sepedanya kepada penjual bakso itu yang kebetulan sedang beristirahat di bale' samping gerobak baksonya. dengan tenang, tukang Bakso itu menunjukkan sepeda miliknya yang ternyata disimpan oleh tukang bakso itu di belakang kiosnya. Ketika Obet melihat sepedanya, ternyata ia ternganga' dan terpaku di tempat itu juga, karena ban sepeda yang bocor sudah di tambal, remnya pun sudah pulih kembali. Obet pun langsung bertanya kepada penjual bakso itu, " pak, ini siapa yang membenarkan sepedanya..". Dengan tenang, penjual Bakso itu pun menjawab ".. mungkin Allah sedang menitipkan rezeki ade ke saya dan di suruh untuk membenarkan sepeda adek.. rezeki Allah jangan ditolak lho... hehehehe.. " dengan terngengah, dan malu tak berdaya. Obet pun terdiam sejenak dan dengan agak malunya ia berkata" baik, ini semua saya terima yo pak.. terima kasih sudah di benarkan.. maaf ya pak kalo merepotkan..".Dengan senyum, penjual bakso pun berkata, ".. gak papa dek.. justru saya merasa malu dengan ade.. karena ade taat banget sama Allah... sedang saya sholat masih belum bisa tepat waktu.. toh, gara-gara nungguin ade di warung sampe malam ini jadi pelajaran lho buat saya.. untuk bisa sholat maghrib dan Isya' berjamaah.. kalo kemaren-kemaren biasanya di pakai untuk langsung tidur.. terima kasih yo dek.." suasana pun ternyata makin harmonis diantara mereka.

Lalu Obet pun pulang dengan sepedanya dalam keadaan yang lebih baik dan nyaman di malam itu. Dengan kebahagiaan.. setelah berkorban.. setelah Allah uji.. setelah ketulusan hati.. pertolongan Allah pun datang.

 Penuh rasa syukur, ternyata Ujian Allah untuknya itu sangat baik. Tinggal bagaimana cara kita berprasangka baik pada Allah.

Semua Ujian Allah memang terkadang membuat kita merasa sulit, tapi yakinlah bahwa Allah memberikan ujuan kepada kita untuk kebaikan kita juga. Tinggal, bagaimana kita mempersepsikan ujian Allah itu. Seperti dalam cerita yang ada di buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Salim A. Fillah telah menginspirasi kita untuk selalu berprasangka baik pada Allah walau bagaimana pun ujian itu. Begitu juga dengan cerita ini.  “ku tak tahu ujian ini berkah atau musibah, tapi ku hanya berprasangka baik pada Allah”.


*terinspirasi dari kisah nyata yang memang pernah terjadi di KAPMI.